Hujan
kala itu menaungi kota medan. Senja hari yang disinggahi hujan membuat
desy mempercepat langkahnya dan segera berteduh. desy memeluk tubuhnya
yang mendingin karena terguyur rintik hujan sambil mengadahkan kepala
agar bisa menatap hujan dan awan yang mendung. Desy terlalu asyik
menatap bunyi tetesan air hujan yang terdengar lembut hingga tak
menyadari kehadiran seorang pria yang membuatnya tidak sendirian lagi
berteduh diitempat itu. Pria itu berambut lurus hitam yang dipotng model
cepak. Rambutnya sedikit basah dan berantakan karena terguyur air
hujan.
Jalanan di dekat sana memang agak sepi. Sedikit sekali mobil bis yang lewat. Sedari tadi menunggu, Desy masih belum mendapati bis yang ia cari dan masih berteduh disana. Sesekali ia mencuri pandang kearah pria itu, pria yang sedari tadi berteduh disana juga sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan. tersenyum setelah melihat ke ujung jalan. Beruntung sekali dirinya, karena biasanya bis jarang sekali lewat di jalan kecil ini. Hanya beberapa dan pada waktu tertentu saja. Ia segera memberhentikan bis tersebut dan masuk kedalamnya. Pria itu menyusul dibelakang. Rupanya pria tersebut dari tadi juga menunggu bis yang jurusannya sama dengan Desy .
Tempat duduk hanya tersisa dua lagi. Desy buru-buru menduduki kursi kosong yang tersisa.
"Kamu mau ke pusat kota juga?" Suara berat itu berasal dari sebelah Desy . Suara itu membuat Desy menoleh keasal suara. Ternyata pria itu. Pria yang menunggu dihalte tadi bersamanya.
"Iya." Ucap Desy .
Percakapan itu begitu singkat, namun wajah dan suara pria itu ada disaringan otaknya. Sejak hari itu. Pria itu menjadi sosok yang tak pernah terlepas diingatannya.
%^*^%$*
Untuk kedua kalinya, Desy kembali menggerutu lagi. Ia lupa membawa payung kecil yang biasa ia masukan ke dalam tasnya. Kali ini di jalanan itu lagi. Senja dan hujan ini membawa ingatannya ke sosok pria itu lagi. Ia sibuk menatap hujan dengan pikirannya.
Setelah setengah jam menunggu, bis itu belum tiba dan hujan masih juga belum reda.
'Ya Tuhan gimana bisa pulang?' keluhnya.
Derap langkah itu terdengar semakin dekat. Desy yang dari tadi mengeluh ditengah kesendiriannya tiba-tiba berhenti. Ia tercengang melihat sosok yang datang itu. Sosok itu sudah tepat berdiri sejajar disampingnya. Tanpa banyak basa-basi, pria itu menyodorkan payung kearah Risa.
"Mau nyari halte bis ke pusat kota kan?" Ucap cowok itu dengan sura tipis.Desy tak segera menjawab. Perasaannya masih tak keruan. Merasa diabaikan pria itu mengulangi ucapannya lagi. "Mau bareng?"
Desy segera membuka mulutnya dan menjawab "boleh" sambil mengangguk malu-malu.
Mereka berjalan lambat-lambat dan merapat. Tak ingin melihat cowok itu memegang gagang payung sendirian, tangan mungil Desy meraih gagang payung tersebut. Tangan mereka bersentuhan dan pada saat yang sama mata mereka bertemu pada satu titik. Terlihat seulas senyum samar diwajah mereka masih-masing. Hening.
Sang waktu yang bekerja kemudian dengan ajaibnya mengubah keheningan diantara mereka menjadi sebuah percakapan manis. Percakapan yang lebih panjang dari percakapan awal mereka. Selama bicara, sungguh Desy tak kuasa menatap mata itu. Mata pria yang barusan bertemu dengan matanya itu membuat sensasi perasaan yang berbeda yang menyusup kehatinya. Perasaan yang tak tahu harus ia namakan apa.
!@#$%^&*()_+
"Kamu mau kemana, gus?" Tanya Desy penasaran.
"Kesuatu tempat. Udah ikut aja." Desy hanya menurut . Dan hanya mampu menahan napas ketika ia memakaikan sebuah helm putih di kepalaku. Menyuruhnya naik di belakangdan...berpegangan padanya. Hal yang biasa ia lakukan, memeluk sosok didepannya itu dan melalui jalan sepanjang apapun dengan kreta mio merah yang saat ini mereka naiki.
Hujan.
Mereka berjalan lambat-lambat dan merapat. Tak ingin melihat cowok itu memegang gagang payung sendirian, tangan mungil Desy meraih gagang payung tersebut. Tangan mereka bersentuhan dan pada saat yang sama mata mereka bertemu pada satu titik. Terlihat seulas senyum samar diwajah mereka masih-masing. Hening.
Sang waktu yang bekerja kemudian dengan ajaibnya mengubah keheningan diantara mereka menjadi sebuah percakapan manis. Percakapan yang lebih panjang dari percakapan awal mereka. Selama bicara, sungguh Desy tak kuasa menatap mata itu. Mata pria yang barusan bertemu dengan matanya itu membuat sensasi perasaan yang berbeda yang menyusup kehatinya. Perasaan yang tak tahu harus ia namakan apa.
!@#$%^&*()_+
"Kamu mau kemana, gus?" Tanya Desy penasaran.
"Kesuatu tempat. Udah ikut aja." Desy hanya menurut . Dan hanya mampu menahan napas ketika ia memakaikan sebuah helm putih di kepalaku. Menyuruhnya naik di belakangdan...berpegangan padanya. Hal yang biasa ia lakukan, memeluk sosok didepannya itu dan melalui jalan sepanjang apapun dengan kreta mio merah yang saat ini mereka naiki.
Hujan.
Hari
itu hujan. Desy ingat betul. Karena sekarang, setiap hujan turun,
sekelebat kepingan kenangan itu muncul ke permukaan pikirannya. Selalu
berhasil membuatnya tersenyum tipis. kreta itu tetap berjalan ditengah
rintik hujan dan membiarkan hujan membasahi tubuh mereka.
Tepat disatu jalan kecil mereka berhenti dan berteduh.
"Kamu masih ingat tempat ini?" Tanya Agus.
Desy hanya tersenyum lebar. Tatapannya mengaarah ke arah coretan disebuah pohon besar disampingny. 'Dooer smeer' begitulah coretan yang terukir dibatang pohon besar itu.
"Happy Annivesary sayang" Bisik Agus pelan ketelinga Desy seakan takut suaranya dikalahkan dengan derasnya hujan kala itu. Desy masih terus memandangi Agus dengan perasaan senangnya. Sunnguh indah. Semua begitu manis. Pria ini membuatnya benar-benar merasakan manisnya cinta. Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Desy memejamkan kedua matanya ketika Agus mengecup lembut keningnya.
"Makasih ya, sayang. Happy annivesary one year,dear. Hope we will be forever." Bisikku padanya.
"Sekarang dan mudah-mudahan selamanya, aku akan mencintaimu, des." KAta-kata itu selalu diingat Desy. Kata-kata sederhana, bukan sebuah janji yang terkadang hanya sekedar diucapkan oleh kebanyakan orang, namun kata-kata itu bermakna lebih dari itu.
"Pulang yuk, des. Ntar kebanyakan ujan-ujanan kamu sakit lagi."
Agus kemudian memegang pergelangan tangan Desy . Mereka kembali menaiki motor itu dan berjalan pulang.
Tepat disatu jalan kecil mereka berhenti dan berteduh.
"Kamu masih ingat tempat ini?" Tanya Agus.
Desy hanya tersenyum lebar. Tatapannya mengaarah ke arah coretan disebuah pohon besar disampingny. 'Dooer smeer' begitulah coretan yang terukir dibatang pohon besar itu.
"Happy Annivesary sayang" Bisik Agus pelan ketelinga Desy seakan takut suaranya dikalahkan dengan derasnya hujan kala itu. Desy masih terus memandangi Agus dengan perasaan senangnya. Sunnguh indah. Semua begitu manis. Pria ini membuatnya benar-benar merasakan manisnya cinta. Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Desy memejamkan kedua matanya ketika Agus mengecup lembut keningnya.
"Makasih ya, sayang. Happy annivesary one year,dear. Hope we will be forever." Bisikku padanya.
"Sekarang dan mudah-mudahan selamanya, aku akan mencintaimu, des." KAta-kata itu selalu diingat Desy. Kata-kata sederhana, bukan sebuah janji yang terkadang hanya sekedar diucapkan oleh kebanyakan orang, namun kata-kata itu bermakna lebih dari itu.
"Pulang yuk, des. Ntar kebanyakan ujan-ujanan kamu sakit lagi."
Agus kemudian memegang pergelangan tangan Desy . Mereka kembali menaiki motor itu dan berjalan pulang.
2 tahun kemudian....
"Tapi kenapa secepat itu sih, gus?" Desy masih terus-terus bertanya mengenai keputusan Agus yang membuatnya heran sekaligus kecewa. Desy tahu ini begitu egois, tapi pertanyaan terbesarnya disini adalah perempuan mana yang senang saat pacarnya memutuskan untuk meninggalkan mereka?
"Aku dipindahtugaskan kesana, des. Gak lama kok, hanya 1 tahun. Aku janji sehabis aku pulang dari Bandung. Kita akan menikah.
"Aku gak masalahin tentang pernikahan. Aku hanya takut." Mata Desy tiba-tiba terasa perih. Air mata yang tertahan kini terpaksa keluar.
"Aku kan udah pernah bilang, des. Aku gak suka ngelihat kamu nangis. Udahlah sayang." Tangan-tangan Agus meraih pipi mulus desi dan mengusap lembut bulir air mata yang berjatuhan dipipinya.
"aku takut kehilangan kamu,gus." Ucap Desy lirih
"Aku gak akan meninggalkan kamu, des. Aku janji. Ini cuma sementara." Agus memegang lengan Desy dan menatapnya penuh dengan keyakinan.
"Kamu tahu kan? Hubungan LDR itu gak akan bertahan lama. Aku gak mau kita LDR'an."
"des, Ini cuma masalah jarak dan waktu. Percaya sama aku dua hal itu dan akan mungkin jadi pemisah kita saat kita benar-benar saling cinta, des plis degarkan aku gk mw janji aku mw kamu yakin des sama cinta aku ke kamu."
Pada akhirnya Desy hanya mengangguk lemah. Ia benar-benar ikhlas merelakan pria yang sudah dua tahun bersamanya ini harus pergi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari yang akan ia lalui tanpa pria itu. Berulang kali ia meyakinkan dirinya bahwa ini hanya unuk sementara. Ia berusaha berpikir kalau ini hanya sebuah cobaan kecil yang harus ia lalui supaya ia bisa hidup dengan Agus selamanya. Ia yakin Agus begitu mencintainya dan tidak akan mungkin mengakhiri hubungan mereka.
"Aku pulang ya, des. Udah malem. Lagian kamu harus banyak istirahat. Gak usah banyak pikiran ya, des. Percaya ya sayang. Kita akan baik-baik saja." agus pergi meninggalkan Desy yang duduk terdiam diruangan tamu itu. Ia menatap punggung cowok itu yang kemudian menghilang. Tangis Desy pecah. PErasaan dalam hatinya kini keluar semua. Sesak. Itulah yang sedari tdi ia rasakan. Desy merasa akan kehilangan sosok Agus untuk selamanya
+_)&^%$#@!~
Hari ini hujan. Agus meninggal. Desy membiarkan air matanya tumpah ditengah derasnya hujan. Saat itu juga alam semesta seperti mersakan luka dihati Desy. Luka yang menganga lebar di hatinya. Seluruh hatinya seakan ikut terkubur bersama sosok cowok itu. Miris. Itu satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan hidupnya. Mengapa begitu cepat Tuhan mengambil sosok Agus yang baru saja ia lihat. Ia benar-benar tidak menyangka malam iitu akan menjadi hari terkahirnya untuk melihat Agus. Agus benar-benar pergi, bukan pergi ke Bandung untuk sementara, tapi ke surga untuk selamanya. Miris. Itu kata-kata yang tepat baginya. Ia benar-benar tak bisa menyangka kecelakaan maut itu bisa terjadi. Semua ini bagaikan mimpi buruk. Terutama saat-saat dimana Agus mengucapkan namanya nya dan berkata 'love u des' didetik nafas terakhirnya. Ia belum bisa merelakan sosok pria yang sangat berharga dalam hidupnya itu pergi selamanya.
)*^$%&$#@$&*(
Dalam hati ny menagis dan berkata"
Kini engkau pergi ,meninggalakan deretan kisah kita di masala lalu
Taukah engkau gus?
Aku mulai bahagia,saat kudapati engaku baik-baik saja
Tapi mengapa kini waktu mengajakmu pergi meninggalkanku
Taukah engkau gus?
Aku mulai bahagia,saat kudapati engaku baik-baik saja
Tapi mengapa kini waktu mengajakmu pergi meninggalkanku
aku pikir kamu hanya meninggal kan ku hanya 1 tahun demi kerja mu ke bandung?
tapi apa yg kudapat kamu meninggalkan aku untuk selama nya??
kenapa gus...!!?? kenapa jawab aku bentak desy ke batu nisan ny agus?
padahal kamu masih belum netapin janji kamu buat ngajarin aku naik mobil
padahal kamu masih belum netapin janji kamu buat ngajarin aku naik mobil
gus’,,,kenapa kamu begitu cepat pergi meninggalkanku
jika memang semua ini kehendak tuhan
aku sebagai manusia hanya bisa menerima
sampai bertemu kembali di kehidupan selanjutnya
semoga tuhan selalu menjagamu disisinya
!@#$%%^&^^%^jika memang semua ini kehendak tuhan
aku sebagai manusia hanya bisa menerima
sampai bertemu kembali di kehidupan selanjutnya
semoga tuhan selalu menjagamu disisinya
Di makam ny Gadis itu menaruh seikat bunga yang ia rangkai sendiri dan meletakannya dibawah batu nisan putih yang bertuliskan nama "Agus prasetyo". Ia menatap rintik hujan yang membasahi gundukan tanah yang tertancap batu nisan . Hujan seakan mempunyai arti tersendiri baginya. Hujan sebagai pembawa kerinduannya sekaligus airmatanya. Hujan adalah saat dimana ia harus merasakan sebuah kehilangan. Tak terhitung sebanyak apa airmatanya yang telah menetes bersamaan dengan tetesan air hujan. Selalu saja, hujan mengingatkannya kepada sebuah cerita. Cerita yang kini menjadi kenangan baginya. Kenangan bersama seorang pria yang sederhana, sesederhana cintanya pada pria tersebut. Memang cinta itu adalah satu hal sederhana karena itu ia terlalu rumit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Pria itu mengajarinya banyak hal, tertawa saat hujan, menangis saat hujan, dan satu hal terpenting yang pria itu ajari adalah mencintai seperti hujan yang akan sealu ada untuk membasahi bumi karena ia tak ingin bumi kekeringan, bahkan hujan selalu meninggalkan keindahan untuk bumi sesaat setelah ia pergi.
Hujan kali ini sangat deras sekali sederas rindu yang melanda hati Desy .
"Happy annivesary 3 tahun sayang. I miss you so much."
Ucapnya terahir lalu meninggalkan makam nya agus_
by;me
Samsul Bahri Harahap
website:
www.harahap.com